sebuah perusahaan riset pasar mengumumkan hasil
survei the Global @dvisor Wave 29 dan 31, yang telah dilakukan awal tahun
2012 yaitu bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang penduduknya lebih aktif bersosialisasi di dunia
maya dibanding di dunia nyata. Survei tersebut dilakukan terhadap responden yang
belum dan sudah menikah.
“Jam kerja yang panjang dan kehidupan yang sibuk sering menghalangi kita mengangkat telepon untuk ngobrol dengan teman atau meluangkan waktu untuk berkumpul. Teknologi
internet
dan perangkat komunikasi masa kini
menawarkan
solusi yang mudah untuk bersosialisasi dan
tetap berhubungan dengan sesama - sekaligus mengakomodasi beberapa percakapan terjadi pada saat yang sama. Sebagai generasi internet baru yang dibesarkan bersama teknologi dimana untuk berteman hanya perlu satu klik
saja, kami yakin
bahwa tren ini akan terus tumbuh,” ungkap
Iwan Murty, Managing Director Ipsos di Indonesia.
Survei menunjukkan
hasil bahwa China sebesar 42%, India sebesar 34% dan diikuti Indonesia sebesar
32% merupakan negara-negara dengan penduduk yang menyatakan mereka lebih aktif
di dunia maya dibandingkan di dunia nyata. Sebaliknya Hongaria sebesar 4%,
Italia (9%) dan Jerman (10%) merupakan negara-negara dengan penduduk yang
menyatakan mereka lebih aktif di dunia nyata dibandingkan di dunia
maya.
Disaat semua aspek
kehidupan bergerak di dunia maya, timbul kekhawatiran bahwa apa yang terjadi
pada kehidupan sosial di dunia maya dapat merusak kesan dan anggapan atasan atau
calon pimpinan terhadap seorang karyawan. Di Afrika Selatan sebesar 63 %, Kanada
(62%) dan Rusia (59%) adalah negara-negara yang penduduknya tidak cemas terhadap
apa yang akan dilihat orang lain pada kehidupan sosialnya di dunia maya.
Sebaliknya, Hong Kong
sebesar 21%, Jepang (22%), dan Arab Saudi (22%) merupakan negara-negara dengan
penduduk yang paling cemas terhadap apa yang akan dilihat pada kehidupan
sosialnya dapat mempengaruhi kesan atasan atau calon pimpinan kerja terhadap
dirinya. Sementara itu, Indonesia
sebesar 29% dari hasil survei menyatakan cukup cemas pada kehidupan sosial di
dunia maya dapat merusak kesan dan anggapan atasan atau calon pimpinan terhadap
seorang karyawan.
Hasil survei yang cukup
menarik adalah temuan tentang orang-orang yang berani manyampaikan opini-opini
mereka meskipun kontroversial dibandingkan dengan orang-orang yang memilih untuk
menjadi tidak berbeda dengan mayoritas.
Indonesia merupakan negara yang penduduknya paling banyak memilih untuk
mengikuti suara mayoritas dibandingkan menjadi yang berbeda dengan angka survei
sebesar 93%. Diikuti oleh Brasil
sebesar 84% dan Jepang sebesar 81%.
Sebaliknya Italia sebesar 28% dari hasil survei terlihat bahwa
penduduknya paling banyak memilih untuk mengekspresikan opininya tanpa
mempertimbangkan apakah akan menjadi kontroversial, disusul oleh Arab Saudi
(38%) dan Rusia (41%).
Jejaring sosial di
dunia maya juga memberikan dampak terhadap perilaku seseorang dalam membeli
barang. Secara keseluruhan, hampir
satu dari empat orang akan membeli barang dengan merek tertentu karena temannya
‘likes’ (suka) atau ‘follows’ (mengikuti) merek barang tersebut pada jejaring
sosial di dunia maya.
China merupakan negara
yang berada diperingkat pertama dengan hasil survei sebesar 54% penduduknya
paling banyak membeli barang karena opini temannya. Disusul dengan India (44%), Turki (39%)
dan Indonesia (39%). Sebaliknya,
Hongaria sebesar 5%, Jepang (6%) dan Jerman (9%) berdasarkan hasil survei
didapat bahwa penduduknya tidak terpengaruh dengan opini temannya di jejaring
sosial dunia maya dalam pertimbangan membeli barang. Bagi Indonesia, segmen orang
berpendapatan tinggi (50%), pemilik usaha (58%) dan yang mempunyai jabatan
tinggi (52%) sangat memperhitungkan opini teman-temannya dalam membeli
barang.